Kiev menjadi saksi sebuah sejarah baru tercipta. Spanyol kembali lagi menghipnotis dunia sepakbola dengan penampilan dahsyat mereka.
Dengan sebuah permainan yang luar biasa. Dengan sebuah hasil yang luar biasa. Spanyol berhasil memecahkan mitos selama 44 tahun dan menciptakan sejarah baru: juara Eropa secara berurutan.
Label membosankan yang ada di dalam tubuh Spanyol sempat diperkirakan akan muncul kembali setelah Vicente Del Bosque kembali memutuskan untuk tidak memainkan satu striker pun di starting line-upnya. Namun, semua anggapan ini hilang semenjak menit pertama.
Italia tampak keteteran menghadapi Spanyol yang langsung bermain menyerang. Tanpa henti, mereka terus menguasi bola dan menggedor pertahanan Italia yang tampak kewalahan dengan passing-passing serta kecepatan para pemain lawan. Azzuri memang tetap punya beberapa peluang. Namun semuanya terlihat sia-sia saja. Tidak berbahaya.
Dan di menit ke 13, pertahanan Italia pun runtuh. Xavi dan Alvaro Arbeloa memainkan umpan cepat, yang dilanjutkan dengan Andres Iniesta melepaskan sebuah umpan yang luar biasa pada Cesc Fabregas. Nama terakhir ini melepaskan sebuah crossing sederhana, yang diselesaikan dengan sempurna oleh sundulan David Silva. 1-0.
What a play.
Italia kemudian seolah terbangun dan mencoba untuk menyerang. Namun corner demi corner yang mereka lakukan pun terbuang. Dan Spanyol selamat. Mimpi buruk Italia semakin terasa setelah Chiellini harus diganti setelah mengalami cedera. Balzaretti masuk.
Setelah pergantian ini, permainan Italia justru malah membaik. Mereka mulai menyerang dan terus menyerang. Tetapi, Iker Casillas mampu tampil sempurna di bawah mistar gawang dan menghentikan semua peluang yang didapat melalui Antonio Cassano dan Mario Balotelli.
Spanyol tetap terlihat berbahaya. Beberapa kali serangan balik mereka nyaris diselesaikan oleh Fabregas dan Silva untuk mendapatkan gol kedua.
Dan gol tersebut pun akhirnya datang beberapa menit sebelum babak pertama usai. Fabregas meneruskan bola dengan sundulan ke Jordi Alba, yang kemudian memberikan bola pada Xavi. Orang ini pun menunjukkan kelasnya dengan kembali memberikan bola brilian pada Alba yang tidak berhenti berlari. Penyelesaian yang hebat dari Alba. 2-0.
Babak pertama berakhir, satu setengah tangan Spanyol sudah berada di trofi.
Cesara Prandelli kemudian memasukkan Antonio Di Natale untuk menggantikan Cassano di babak kedua. Dan pengaruhnya pun langsung terasa. Sang penyerang menciptakan peluang dengan sundulannya yang masih sedikit di atas gawang.
Kedua tim kemudian saling bergantian menyerang. Italia sama sekali tidak ingin menyerah, dan Spanyol ingin menambah gol untuk menyelesaikan segalanya.
Thiago Motta pun kemudian dimasukkan untuk menggantikan Montolivo. Dan ini adalah pergantian terakhir yang dimiliki Italia.
Dan perjudian ini pun berakibat fatal: Motta cedera dan Italia pun harus bermain dengan 10 orang pada sekitar setengah jam terakhir.
Di tengah keadaan yang nyaris tidak memungkinkan lagi bagi Italia untuk bangkit ini, Spanyol pun memasukkan senjata rahasia mereka: Fernando Torres.
Tanpa menunggu lama, Torres pun menyelesaikan umpan cantik Xavi di tengah penguasaan bola Spanyol yang luar biasa. Dengan penyelesaian ala striker sejati, gol ketiga pun tercipta. 3-0.
Juan Mata kemudian dimasukkan untuk menggantikan Andres Iniesta beberapa saat sebelum pertandingan berakhir, dan ia pun langsung menciptakan gol penutup. Sebuah umpan mudah dari Torres membuat Gianluigi Buffon harus rela kebobolan empat gol dalam final ini. Yang terbanyak sepanjang sejarah.
Spanyol pun menciptakan sebuah sejarah. Juara Eropa dua kali berurutan. Dan hattrick Euro – Piala Dunia – Euro secara berurutan. Luar Biasa. VIVA ESPANA!