Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2011/12/membuat-teks-berjalan-di-menu-bar.html#ixzz1gm44gTrc Maret 2010 ~ WTOSCHA_90

Rabu, 31 Maret 2010

Selasa, 30 Maret 2010

Asam Lemak Omega 9 dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Lemak/minyak merupakan salah satu jenis makanan yang banyak digunakan untuk diet sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh keuntungan lemak/minyak yang telah dirasakan oleh segenap lapisan orang, yaitu untuk meningkatkan cita rasa, memperbaiki tekstur, dan pembawa flavor, disamping fungsi fisiologis dan sebagai sumber enerji.

Beberapa hal yang mempengaruhi sifat-sifat minyak adalah asam lemak penyusunnya, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid/UFA), yang terdiri atas mono-unsaturated fatty acid (MUFA) dan poly-unsaturated fatty acid (PUFA) atau high unsaturated fatty acid. Para ahli biokimia dan ahli gizi lebih mengenalnya dengan sebutan asam lemak tak jenuh Omega 3, Omega 6 dan Omega 9.

Makan (diet sehat) erat kaitannya dengan diet jantung sehat. Hal ini disebabkan oleh isu penyakit jantung koroner (PJK) yang merupakan salah satu penyebab kematian peringkat atas di Indonesia. Penyakit jantung banyak kaitannya dengan pangan yang kita konsumsi. Makanan yang sangat erat hubungnnya dengan PJK antara lain serat makanan, protein dan lemak/minyak. Di antara ketiga faktor tersebut, konsumsi minyak dan lemak merupakan faktor paling dominan dan mendapat perhatian paling luas.

Studi pengaruh konsumsi minyak/lemak terhadap PJK sudah dimulai pada pertengahan 1950-an oleh Ahren, Kinsell, Keys dan Hegsted serta formula Keys yang disempurnakan oleh Hegsted. Sampai pertengahan 1980-an kebanyakan penelitian tentang saturated fat menyatakan terjadinya peningkatan kolesterol. Sebenarnya hal ini sangat bergantung pada panjang rantai karbon, terutama C12:0 dan C14:0, yang berasal dari bahan bakunya. Sebaliknya, PUFA mempunyai pengaruh yang dapat menurunkan kolesterol sedangkan MUFA pada saat itu belum mendapat perhatian khusus.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan ternyata mengkonsumsi PUFA (Omega 6) yang berlebihan tanpa diimbangi konsumsi Omega 3 memang dapat menurunkan LDL kolesterol, akan tetapi HDL kolesterol juga dilaporkan ikut mengalami penurunan. Selain itu, keseimbangan antara Omega 3 dan Omega 6 terganggu, menyebabkan darah mudah menggumpal. Kedua hal ini tidak menguntungkan karena rasio LDL/HDL (Indeks PJK) yang menurun dan mudahnya darah menggumpal tidak dapat mencegah terjadinya PJK, bahkan dapat memicu terjadinya PJK.

Pada 1985 Grundy dan 1987 Mensink menyatakan bahwa MUFA dapat menurunkan kolesterol (LDL-kolesterol) sehingga MUFA mulai mendapat perhatian. Salah satu jenis MUFA adalah Omega 9 (Oleat) yang berdasarkan penelitian pada 1992, 1998, 1999 dan 2000, menyimpulkan bahwa Omega 9 memiliki daya perlindungan yang mampu menurunkan LDL kolesterol darah, meningkatkan HDL kolesterol yang lebih besar dibanding Omega 3 dan Omega 6, lebih stabil dibandingkan dengan PUFA. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang hidup di kawasan Mediteranian yang jarang ditemukan penderita jantung koroner karena tingginya konsumsi Omega 9 dan Omega 3. Sedangkan di kawasan barat (AS dan Eropa) konsumsi lemaknya memiliki rasio 10:1 (Omega 6, Omega 3), yang dianggap tidak sehat.

Berdasarkan penelitian dan kajian epidemilogi di atas, mulai terjadi perubahan pandangan dari konsumsi minyak kaya Omega 6 dan Omega 3 dengan kembali mengkonsumsi minyak yang berimbang yaitu 30% saturated fat, 40% MUFA (Omega 9) dan 30% PUFA (Omega 6 dan Omega 3).

Minyak sawit memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunnya terdiri atas 35 - 40% asam palmitat, 38 - 40% oleat dan 6 - 10% asam linolenat serta kandungan mikronutriennya seperti karitenoid, tokoferol, tokotrienol dan fitosterol. Di samping itu keunggulan minyak sawit sebagai minyak makan adalah tidak perlu dilakukan parsial hidrogenasi untuk pembuatan margarin dan minyak goreng (deep frying fat), trans-fatty acid rendah, dan unit cost murah. Klaim produk minyak sawit sebagai produk sehat telah banyak dilakukan penelitian mendasar, sehingga klaim unggulannya mempunyai dasar yang kuat. Meskipun minyak sawit mengandung MUFA (Omega 9) cukup tinggi, kandungan asam lemak jenuhnya (palmitat) juga tinggi yaitu 40%. Namun, asam palmitat yang ada dalam minyak sawit mempunyai nilai positif karena dapat menurunkan kolesterol LDL.

Sebagai penutup, dapat disampaikan bahwa asam lemak Omega 9 dapat mencegah PJK (teruji secara laboratoris dan epidemilogis), di mana penelitian yang dilakukan selalu menggunakan minyak dengan kadar asam lemak jenuh yang rendah (sekitar 5%). Ada hasil riset yang menyatakan bahwa Omega 6 dalam bentuk tunggal memiliki sifat negatif karena berkaitan dengan peningkatan produksi eicosanoids (stimulan pertumbuhan tumor pada binatang percobaan). Namun dengan adanya Omega 9 dan Omega 3, dalam proporsi yang sesuai akan memiliki potensi memblokir produk senyawa eicosanoids tersebut, sehingga lagi-lagi peran Omega 9 dapat mencegah stimulasi negatif Omega 6.





APLIKASI TITRASI POTENSIOMETRI

1.PENENTUAN KANDUNGAN KARBON ORGANIK TOTAL TANAH DENGAN METODE POTENSIOMETRI

Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisma yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah. Berkaitan dengan wujud-wujud unsur karbon tersebut di dalam tanah, maka penentuan kandungan karbon tanah dilakukan berdasarkan kandungan karbon organik totalnya.
Prosedur Kerja

1. Penentuan waktu respon
Membuat larutan yang mengandung CO2 dengan konsentrasi 9,09 x 10-7M hingga 2,83 x 10-1M dari pengerjaan titrasi larutan NaHCO3 dengan HCl pekat, sambil dilakukan pengadukan dengan pengaduk magnetik dan sekaligus pengukuran potensial CO2 menggunakan elektroda selektif CO2 pada setiap saat (menit). Waktu respon ditentukan berdasarkan saat elektroda menunjukkan respon potensial yang maksimum dan stabil.

2. Penentuan daerah konsentrasi, faktor Nernst dan limit deteksi
Dari data yang akan diperoleh pada percobaan 3.3.1, selanjutnya dibuat grafik potensial (mV) terhadap –log[CO2]. Dari grafik ini diperoleh bagian garis
yang linier sebagai daerah konsentrasi (kurva kalibrasi). Faktor Nernst diperoleh dari harga kemiringan garis linier tersebut, sedangkan limit deteksi ditentukan dengan cara membuat garis ekstrapolasi dari kurva linier dengan garis horisontal pada grafik tersebut, sehingga didapatkan harga pCO2 pada titik perpotongan kedua garis sebagai limit deteksi
3. Penentuan pH optimum
Membuat larutan yang mengandung CO2 dengan konsentrasi 8,2 x 10-4M hingga 8,2 x 10-2M pada kondisi pH 2; 3; 4; 4,5; 4;8; 5; dan 6 dari hasil titrasi larutan NaHCO3 dengan HCl pekat sambil melakukan pengadukan dan sekaligus mengukur respon potensialnya menggunakan elektroda selektif CO2. Selanjutnya membuat grafik dengan mengalurkan potensial (mV) terhadap –log[CO2] untuk menentukan faktor Nernst dan linieritasnya. PH optimum dipilih dari grafik yang memberikan fungsi paling linier dengan faktor Nernst yang paling mendekati nilai teori. .

4. Penentuan pengaruh ion CH3COO- dan H2PO4- terhadap respon potensial CO2
Membuat larutan yang mengandung CO2 dengan konsentrasi yang sama dengan percobaan 2.3.3, tetapi setiap larutan mengandung ion CH3COO- 10-2 M maupun H2PO4-10-2 M dan sambil melakukan pengadukan, diamati respon potensialnya. Hal yang sama dilakukan terhadap larutan CO2 yang mengandung CH3COO- maupun H2PO4- dengan konsentrasi 10-3M dan 10-4 M. Selanjutnya dibuat grafik potensial (mV) terhadap -log[CO2] untuk menentukan koefisien selektivitasnya (Kij) dari ekstrapolasi garis horisontal dan vertikal pada grafik tersebut.
5. Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi sebagai kurva pembanding untuk penentuan karbon organik total tanah dibuat dari reaksi redoks antara campuran larutan asam oksalat 0,1 M dan H2SO4 0,1 M dengan KMnO4 0,1 M, sehingga didapatkan CO2 dengan konsentrasi 5 x 10-4 M, 10-3 M, 5 x 10-3 M, 10-2 M, 5 x 10-2 M dan 0,1 M sambil mengukur respon potensialnya bersamaan dengan dilakukannya pengadukan. Selanjutnya membuat grafik potensial (mV) terhadap –log[CO2] sebagai kurva kalibrasi.

6. Pengukuran karbon organik total tanah
Pengukuran respon potensial CO2 hasil oksidasi C-organik total tanah dengan larutan KMnO4 dalam suasana asam dilakukan berdasarkan 3 (tiga) parameter, yaitu pada berat sampel tanah maupun volume H2SO4 tetap (parameter 1), pada berat sampel bervariasi dan volume H2SO4 tetap (parameter 2), dan pada berat sampel tetap namun volume H2SO4 bervariasi (parameter 3). Dari hasil pengukuran ini diperoleh kondisi yang tepat untuk pengukuran konsentrasi karbon organik total tanah, baik dengan metode potensiometri maupun titrimetri. Untuk penentuan dengan metode potensiometri, 2 gram sampel tanah kering dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi 25 ml. H2SO4 0,1 M, kemudian dititrasi dengan KMnO4 0,1 M secara berlebih sambil diaduk dan diukur potensialnya, sampai diperoleh CO2 yang potensialnya terbesar saat diukur dengan elektroda selektif CO2. Harga potensial ini selanjutnya dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi yang telah dibuat. Untuk pengukuran dengan metode titrimetri, sampel yang telah diukur potensialnya selanjutnya disaring dan filtrat yang didapatkan dititrasi balik dengan asam oksalat 0,1 M sampai titik ekivalen tercapai. Kandungan karbon organik total tanah ditentukan berdasarkan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi C-organik total menjadi CO2.

2.PENENTUAN MAGNESIUM DI DALAM AIR SECARA POTENSIOMETRI
Analisis penentuan magnesium dengan metoda titrasi potensiometri dapat dilakukan secara
mudah dan dengan ketelitian cukup baik.
Cara Kerja
Dibuat larutan titer, c(Na-EDTA) = 0,01 mol/L + c(KOH) = 0,1 mol/L, Larutan Auxiliary
complexing yaitu c(acetyl aceton) = 0,1 mol/L + c(TRIS) = 0,2 mol/L, masing-masing dibuat I liter.
Dibuat juga larutan standar campuran calcium 1000 ppm dan magnesium 500 ppm sebanyak 200
ml.
Pada percobaan ini digunakan titer larutan Na-EDTA 0.01 M dan larutan standar campuran
Calcium dan Magnesium. Larutan standar campuran merupakan campuran dari standar calcium
1000 ppm (CaCO3) dan standar magnesium 500 ppm (MgO), disebut larutan induk.
Parameter percobaannya yaitu variasi konsentrasi larutan campuran standar calsium dan
magnesium, tiap tiap parameter dilakukan pengulangan tujuh kali. Percobaan dilakukan dengan
membuat larutan standar Magnesium dengan konsentrasi 1, 2, 2.5, 5, dan 10 pmm, dengan cara
dipipet larutan induk sebanyak 100, 200, 250, 500 dan 1000 mikro liter, dilarutkan dalam 50 ml air
suling. Untuk penentuan calcium dan magnesium ditambah 7,50 mL larutan Auxiliary complexing
yaitu c(acetyl aceton) = 0,1 mol/L + c(TRIS) = 0,2 mol/L Masing-masing parameter dititrasi dengan
larutan titer c(Na-EDTA) = 0,01 mol/L + c(KOH) = 0,1 mol/L dengan pengulangan 7 kali. Titrasi
dilakukan dengan menggunakan alat titroprocessor.

3.PENGARUH UNSUR Al, Mg, DAN Na PADA ANALISIS URANIUM SECARA POTENSIOMETRI

Bahan yang digunakan adalah Standard Reference Material uranium oksida, fero sulfat,
asam sulfamat, asam nitrat, asam fosfat, amonium heptamolibdat, kalium bikromat, vanadium
sulfat, dan larutan uranil nitrat hasil pelarutan PEB; larutan standar Al 1000 ppm, 2000 ppm,
4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10 000 ppm; larutan standar Na 1000 ppm, 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10 000 ppm; dan larutan standar Mg 1000 ppm, 2000
ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10 000 ppm.
Alat yang digunakan adalah Potensiometer Metrohm 682, peralatan gelas, pemanas
listrik, dan elektrode kombinasi Pt kalomel.
Cara Kerja
1. Pengukuran kadar uranium tanpa pemanasan
Ke dalam masing-masing 7 buah gelas piala ditambahkan 1 ml larutan cuplikan
(cuplikan standar, cuplikan contoh uranil nitrat hasil pelarutan dan cuplikan simulasi dengan
penambahan unsur pengotor) menggunakan pipet. Kemudian dimasukkan 10 ml air bebas
mineral, 2 ml asam amido sulfonat, 16 ml asam fosfat pekat, dan 2 ml ferro sulfat, dan
panaskan sampai suhu 40 °C selama 1 menit sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan 4 ml
larutan A, diaduk dengan pengaduk magnet selama 3 menit. Terakhir dimasukkan 40 ml
larutan vanadium 0,4 g/l, dan dilakukan titrasi dengan 0,027 N kalium bikromat sampai titik
akhir titrasi tercapai.
2. Pengukuran kadar uranium pemanasan dengan asam perklorat
Ke dalam masing-masing 7 buah gelas piala ditambahkan 1 ml larutan cuplikan
(cuplikan standar, cuplikan contoh uranil nitrat hasil pelarutan dan cuplikan simulasi dengan
penambahan unsur pengotor) menggunakan pipet. Kemudian dimasukkan 4 ml asam perklorat,
lalu panaskan sampai timbul uap putih. Pemanasan dilanjutkan sampai sekitar 1 menit, lalu
dinginkan. Tambahkan 10 ml air bebas mineral, 2 ml asam amido sulfonat, 16 ml asam fosfat pekat, dan 2 ml fero sulfat, dan panaskan sampai suhu 40 °C selama 1 menit sambil diaduk.
Setelah itu ditambahkan 4 ml larutan A, dan aduk dengan pengaduk magnet selama 3 menit.
Terakhir dimasukkan 40 ml larutan vanadium 0,4 g/l, dan dilakukan titrasi dengan 0,027 N
kalium bikromat sampai titik akhir titrasi tercapai.

4.PENENTUAN KADAR FLORIDA DAN KLORIDA DALAM SERBUK UO2 SECARA POTENSIOMETRIK ELEKTRODA ION SELEKTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PIROHIDROLISIS

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja nyata ini meliputi bahan uji dan bahan kimia murni untuk dianalisis. Bahan uji meliputi serbuk uranium dioksida sedangkan pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah: Standar induk klorida 1000 mg/L, standar induk florida 1000 mg/L, larutan Total Ionic Strength Adjusment Buffer (TISAB), larutan Chloride Ionic Strength Adjustor (CISA), larutan kalium dikromat (K2Cr2O7), larutan hidrogen peroksida (H2O2), larutan asam sulfat (H2SO4), larutan natrium hidroksida (NaOH), larutan perak nitrat (AgNO3) dan larutan asam nitrat (HNO3). Air aqudestilat dan larutan standar ion Florida dan klorida.
Alat yang digunakan adalah: elektroda ion selektif klorida dan florida, autotitropocessor (potensiometri) Metrohm 672, seperangkat alat pirohidrolisis, dan alat-alat gelas. Pemanas listrik serta peralatan volumetrik standar dan botol polietilen
Cara Kerja
A. Pemisahan Klorida dan Florida dari Serbuk Uranium Dioksida secara Pirohidrolisis
Ditimbangkan 2,50 gram serrbuk uranium dioksida, kemudian dipindahkan ke dalam suatu gelas piala 250 ml. Serbuk dilarutkan dengan penambahan asam sulfat 2:1 sebanyak 10 mL, selanjutnya ditambahkan tetes demi tetes larutan hidrogen peroksida 30% (untuk kandungan florida) dan kalium dikromat 0,1N (untuk kandungan klorida) sampai serbuk uranium oksida larut sempurna.
Larutan di atas kemudian dipindahkan ke dalam tabung contoh yang berada di dalam alat pirohidrolisis, lalu distilat ditampung didalam gelas ukur 100 ml, yang telah di isi dengan 10 mL larutan natrium hidroksida 1 N hingga mempeoleh distilat sebanyak 50 mL.
B. Penetapan Klorida dan Florida dengan Alat Potensiometer Ion Selektif
Pembuatan larutan standar
1. Larutan Total Ionic Strength Adjusment Buffer (TISAB)[4]
Ditimbang 58 g serbuk natrium klorida dan 0,3 g serbuk natrium nitrat, dimasukkan ke gelas piala 600 mL, kemudian ditambahkan 57 mL larutan asam asetat glasial, dilarutkan dengan 500 mL air suling. Diatur pH larutan antara 5,0 sampai dengan 5,5 dengan menambahkan larutan-larutan natrium klorida 5N. Ditambahkan air suling sampai volumenya 1 L.
2. Larutan Chloride Ionic Strength Adjustor (CISA)[4]
Ditimbangkan 100 g serbuk kalium nitrat, dimasukkan ke gelas piala 600 mL kemudian ditambahkan 50 mL larutan asam asetat glasial, dilarutkan dengan 500 mL air suling, pH larutan diatur antara 5,0 sampai dengan 5,5 dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 5 N, kemudian diencerkan dengan air suling sampai volumenya 1 L.
3. Larutan Asam Nitrat 15 N
Diencerkan 475 mL larutan asam nitrat 70% dengan air suling sampai volumenya 500 mL.
C. Pengukuran Deret Standar Klorida
Dipipet 0,00 mL; 50,00 μL; 500,00 μL; 5,00 mL dan 10,00 mL standar induk 1000 mg/L klorida kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL, ditambahkan 25 mL larutan CISA, kemudian di ukur besarnya potensial dari masing-masing larutan dengan potensiometer.
D. Pengukuran Deret Standar Florida
Dipipet 0,00 mL; 50,00 μL; 500,00 μL dan 5,00 mL standar induk 1000 mg/L florida kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL, ditambahkan 25 mL larutan TISAB, kemudian di ukur besarnya potensial dari masing-masing larutan dengan potensiometer.
E. Pengukuran Klorida dan Florida dalam Distilat
Dipipet sejumlah distilat kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL, ditambahkan larutan standar CISA untuk klorida dan larutan TISAB untuk florida, pH diatur agar sama dengan standar, kemudian diukur besarnya potensial dari masing-masing larutan dengan potensiometer.
F. Pengukuran pengaruh matriks uranium terhadap hasil analisis Klorida dan Florida
Dipipet 50 ppm; 100 ppm; 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm dan 300 ppm uranium, kemudian ditambahkan 10 ppm standar larutan florida lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Dengan cara yang diambil larutan uranium kemudian ditambahkan 10 ppm standar larutan klorida dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Setelah itu ditambahkan larutan standar CISA untuk klorida dan larutan TISAB untuk florida, pH diatur agar sama dengan standar, kemudian ditentukan besarnya potensial pengukuran dengan alat potensiometer.

5.ANALISIS KADAR URANIUM DAN KEASAMAN DALAM LIMBAH
CAIR UNTUK KEPERLUAN AKUNTING BAHAN NUKLIR
TATA KERJA
Bahan dan Alat
a. Bahan yang digunakan
- Limbah cair di laboratorium kimia HR-24, Gd. 65
- K2Cr2O7
- FeSO4.7H2O
- H2SO4 96 %
- HNO3 65 %
- H3PO4 85 %
- (NH4)6Mo7O24.4H2O
- NH2HSO3
- VOSO4.5H2O
- NaOH
- H2C2O4
- (NH4)2C2O4
- Na2CO3
- Indikator fenolftalin
- Air suling
b. Peralatan yang digunakan
- gelas piala
- pemanas
- pengaduk magnet
- gelas ukur
- labu ukur
- pipet volume
- pipet micro
- Titroprosesor
- Multidosimat

CARA KERJA
1. Analisis kadar uranium
Dilakukan dengan mengambil sampel dalam tiap wadah pada bagian atas kiri 25 ml, bagian
tengah 25 ml, dan bagian bawah kanan 25 ml. Dihomogenkan menggunakan pengaduk magnet
(Larutan cuplikan). Kemudian dianalisis kadar uraniumnya dengan metoda potensiometri
menggunakan alat Titroprosesor (IK/5.4/01/01/U Titro)[3].
Untuk limbah organik larutan cuplikan di-stripping dahulu dengan larutan sodium karbonat 10
% dengan perbandingan volume 1:1. Selanjutnya fasa airnya dianalisis kadar uraniumnya.
2. Analisis keasaman
Larutan cuplikan diencerkan keasamannya berkisar 0,1 N, larutan hasil pengenceran diambil
10 mL, ditambahkan 1 mL larutan ammonium oksalat jenuh dan 2 tetes indikator fenolftalin,
kemudian dititrasi dengan larutan standar sodium hidroksida 0,1 N.

Senin, 29 Maret 2010

KATA-KATA INDAH

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak di dalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin mana pun kita, kita tetap kaya. Kerana tidak akan ada seorang pun yang dapat mencuri otak kita, fikiran kita dan idea kita. Dan apa yang anda fikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga daripada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh di dalam diri kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemui cinta yang jauh lebih indah.

TURBIDIMETRI

Kekeruhan adalah kekeruhan atau kekaburan dari suatu fluida yang disebabkan oleh masing-masing partikel (endapan) yang umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, mirip dengan asap di udara. The measurement of turbidity is a key test of water quality . Pengukuran kekeruhan adalah kunci uji kualitas air.

Fluids can contain suspended solid matter consisting of particles of many different sizes. Cairan dapat mengandung materi padat ditangguhkan terdiri dari partikel-partikel dari berbagai ukuran. While some suspended material will be large enough and heavy enough to settle rapidly to the bottom of the container if a liquid sample is left to stand (the settable solids ), very small particles will settle only very slowly or not at all if the sample is regularly agitated or the particles are colloidal . Sementara beberapa bahan ditangguhkan akan cukup besar dan cukup berat untuk menyelesaikan dengan cepat ke dasar wadah jika sampel cairan yang tersisa untuk berdiri (di settable padatan), sangat kecil hanya partikel akan mengendap sangat lambat atau tidak sama sekali jika sampel adalah teratur gelisah atau partikel koloid. These small solid particles cause the liquid to appear turbid. Partikel padat kecil ini menyebabkan cairan muncul keruh.

Turbidity (or haze) is also applied to transparent solids such as glass or plastic . Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan pada padat transparan seperti kaca atau plastik. In plastic production haze is defined as the percentage of light that is deflected more than 2.5° from the incoming light direction.Dalam kabut produksi plastik didefinisikan sebagai persentase cahaya yang dibelokkan lebih dari 2,5 ° dari arah cahaya yang masuk.
Penyebab kekeruhan

Turbidity in open water may be caused by growth of phytoplankton . Kekeruhan di perairan terbuka dapat disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton. Human activities that disturb land, such as construction , can lead to high sediment levels entering water bodies during rain storms, due to storm water runoff , and create turbid conditions. Urbanized areas contribute large amounts of turbidity to nearby waters, through stormwater pollution from paved surfaces such as roads, bridges and parking lots. [ 2 ] Certain industries such as quarrying , mining and coal recovery can generate very high levels of turbidity from colloidal rock particles. Kegiatan manusia yang mengganggu tanah, seperti konstruksi, dapat mengakibatkan tinggi sedimen kadar air memasuki tubuh selama hujan badai, karena badai air limpasan, dan menciptakan kondisi keruh. Urbanisasi daerah berkontribusi dalam jumlah besar ke tempat-tempat kekeruhan perairan, melalui Stormwater polusi dari diaspal permukaan seperti jalan, jembatan dan tempat parkir. [2] Beberapa industri seperti galian, pertambangan dan batu bara dapat menghasilkan pemulihan yang sangat tinggi tingkat kekeruhan dari partikel koloid batu.

In drinking water, the higher the turbidity level, the higher the risk that people may develop gastrointestinal diseases [ citation needed ] . Dalam air minum, semakin tinggi tingkat kekeruhan, semakin tinggi risiko bahwa orang dapat mengembangkan penyakit gastrointestinal [rujukan?]. This is especially problematic for immune-compromised people, because contaminants like viruses or bacteria can become attached to the suspended solid. Hal ini sangat problematik untuk kekebalan-dikompromikan orang, karena kontaminan seperti virus atau bakteri dapat menjadi terikat pada ditangguhkan padat. The suspended solids interfere with water disinfection with chlorine because the particles act as shields for the virus and bacteria. Yang mengganggu endapan air desinfeksi dengan kaporit karena partikel bertindak sebagai perisai bagi virus dan bakteri. Similarly, suspended solids can protect bacteria from ultraviolet (UV) sterilization of water. Demikian pula, endapan dapat melindungi bakteri dari sinar ultraviolet (UV) sterilisasi air.

In water bodies such as lakes and reservoirs , high turbidity levels can reduce the amount of light reaching lower depths, which can inhibit growth of submerged aquatic plants and consequently affect species which are dependent on them, such as fish and shellfish . Dalam tubuh air seperti danau dan waduk, tingkat kekeruhan yang tinggi dapat mengurangi jumlah cahaya yang mencapai kedalaman lebih rendah, yang dapat menghambat pertumbuhan terendam air tanaman dan akibatnya mempengaruhi spesies yang tergantung pada mereka, seperti ikan dan kerang. This phenomenon has been regularly observed throughout the Chesapeake Bay in the eastern United States.Fenomena ini telah diamati secara teratur sepanjang Chesapeake Bay di timur Amerika Serikat.

For many mangrove areas, high turbidity is needed to support certain species, such as to protect juvenile fish from predators. Bagi banyak mangrove area, kekeruhan tinggi diperlukan untuk mendukung spesies-spesies tertentu, seperti untuk melindungi remaja ikan dari predator. For most mangroves along the eastern coast of Australia , in particular Moreton Bay , turbidity levels as high as 6 Nephelometric Turbidity Units (NTU) are needed for proper ecosystem functioning. Bagi sebagian besar hutan bakau di sepanjang pantai timur Australia, khususnya Moreton Bay, tingkat kekeruhan setinggi 6 Nephelometric Turbidity Unit (NTU) yang tepat diperlukan untuk ekosistem berfungsi.
[ edit ] Measurements of turbidity [Sunting] Pengukuran kekeruhan
Turbid creek water caused by heavy rains. Air sungai keruh yang disebabkan oleh hujan lebat.

The most widely used measurement unit for turbidity is the FTU (Formazin Turbidity Unit). ISO refers to its units as FNU (Formazin Nephelometric Units). Yang paling banyak digunakan unit pengukuran kekeruhan adalah FTU (Formazin Turbidity Unit). ISO mengacu kepada unit sebagai FñÚ (Formazin Nephelometric Unit).

There are several practical ways of checking water quality, the most direct being some measure of attenuation (that is, reduction in strength) of light as it passes through a sample column of water. Ada beberapa cara praktis untuk memeriksa kualitas air, yang paling langsung karena beberapa ukuran pelemahan (yaitu, pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air. The alternatively used Jackson Candle method (units: Jackson Turbidity Unit or JTU ) is essentially the inverse measure of the length of a column of water needed to completely obscure a candle flame viewed through it. Jackson yang digunakan sebagai alternatif metode Lilin (unit: Jackson Turbidity Unit atau JTU) pada dasarnya adalah kebalikan ukuran panjang kolom air yang dibutuhkan untuk benar-benar mengaburkan nyala lilin dilihat melalui itu. The more water needed (the longer the water column), the clearer the water. Semakin banyak air yang dibutuhkan (semakin panjang kolom air), semakin jelas air. Of course water alone produces some attenuation, and any substances dissolved in the water that produce color can attenuate some wavelengths. Tentu saja air sendiri menghasilkan beberapa pelemahan, dan setiap zat terlarut dalam air yang menghasilkan warna dapat melemahkan beberapa panjang gelombang. Modern instruments do not use candles, but this approach of attenuation of a light beam through a column of water should be calibrated and reported in JTUs. Instrumen modern tidak menggunakan lilin, tetapi pendekatan ini pelemahan dari sebuah sinar cahaya melalui kolom air harus dikalibrasi dan dilaporkan dalam JTUs.

A property of the particles — that they will scatter a light beam focused on them — is considered a more meaningful measure of turbidity in water. Sebuah properti partikel - bahwa mereka akan menyebarkan berkas cahaya terfokus pada mereka - dianggap yang lebih bermakna ukuran kekeruhan dalam air. Turbidity measured this way uses an instrument called a nephelometer with the detector setup to the side of the light beam. Kekeruhan diukur dengan cara ini menggunakan sebuah alat yang disebut nephelometer dengan detektor setup untuk sisi sinar. More light reaches the detector if there are lots of small particles scattering the source beam than if there are few. Lebih banyak cahaya mencapai detektor jika terdapat banyak hamburan partikel kecil sumber sinar daripada jika ada beberapa. The units of turbidity from a calibrated nephelometer are called Nephelometric Turbidity Units ( NTU ). Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit (NTU). To some extent, how much light reflects for a given amount of particulates is dependent upon properties of the particles like their shape, color, and reflectivity. Untuk tingkat tertentu, seberapa banyak cahaya untuk mencerminkan jumlah tertentu partikulat bergantung pada properti dari partikel-partikel seperti bentuknya, warna, dan pantulan. For this reason (and the reason that heavier particles settle quickly and do not contribute to a turbidity reading), a correlation between turbidity and total suspended solids (TSS) is somewhat unique for each location or situation. Untuk alasan ini (dan alasan yang lebih berat partikel menyelesaikan dengan cepat dan tidak memberikan kontribusi ke kekeruhan membaca), korelasi antara kekeruhan dan total suspended solids (TSS) yang agak unik untuk setiap lokasi atau situasi.

Turbidity in lakes, reservoirs, channels, and the ocean can be measured using a Secchi disk . Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk. This black and white disk is lowered into the water until it can no longer be seen; the depth (Secchi depth) is then recorded as a measure of the transparency of the water (inversely related to turbidity). Ini hitam dan putih disk diturunkan ke dalam air sampai tidak lagi dapat dilihat; kedalaman (kedalaman Secchi) yang kemudian direkam sebagai ukuran transparansi air (berbanding terbalik dengan kekeruhan). The Secchi disk has the advantages of integrating turbidity over depth (where variable turbidity layers are present), being quick and easy to use, and inexpensive. Secchi disk yang memiliki keunggulan mengintegrasikan lebih mendalam kekeruhan (kekeruhan lapisan di mana variabel yang hadir), yang cepat dan mudah digunakan, dan murah. It can provide a rough indication of the depth of the euphotic zone with a 3-fold division of the Secchi depth , however this cannot be used in shallow waters where the disk can still be seen on the bottom. Ini dapat memberikan indikasi kasar kedalaman zona euphotic dengan divisi 3-kali lipat dari kedalaman Secchi, namun hal ini tidak dapat digunakan di perairan dangkal dimana disk masih dapat dilihat di bagian bawah.

Turbidity in air, which causes solar attenuation, is used as a measure of pollution. Kekeruhan di udara, yang menyebabkan pelemahan surya, digunakan sebagai ukuran polusi. To model the attenuation of beam irradiance, several turbidity parameters have been introduced, including the Linke turbidity factor (T L ).Untuk model atenuasi dari berkas radiasi, beberapa parameter kekeruhan telah diperkenalkan, termasuk faktor kekeruhan Linke (T L).
Standar dan cara uji
Drinking water standards/Air minum standar

Governments have set standards on the allowable turbidity in drinking water. Pemerintah telah menetapkan standar pada kekeruhan yang diperbolehkan dalam air minum. In the United States, the allowable standard is 0.3 NTU, with many drinking water utilities striving to achieve levels as low as 0.1 NTU. Di Amerika Serikat, standar yang dibolehkan adalah 0,3 NTU, dengan banyak utilitas air minum berjuang untuk mencapai tingkat serendah 0,1 NTU. These ratings are updated quarterly, and maintain an accurate reference of utility counterpart quality. Peringkat ini diperbarui setiap tiga bulan, dan mempertahankan referensi yang akurat utilitas kualitas pendamping. These specific quality readings are administered by Quality Assurance personnel within the NTU jurisdiction. Pembacaan kualitas spesifik ini dikelola oleh personil Jaminan Kualitas dalam yurisdiksi NTU. NTU measurements can be accessed by the general public without any investigative properties. [ 6 ] NTU pengukuran dapat diakses oleh masyarakat umum tanpa sifat investigasi. [6]
Ambient water standards Ambient standar air

The US Environmental Protection Agency (EPA) has published water quality criteria for turbidity. [ 7 ] These criteria are scientific assessments of the effects of turbidity, which are used by states to develop water quality standards for water bodies. The US Environmental Protection Agency (EPA) telah menerbitkan kriteria kualitas air untuk kekeruhan. [7] Kriteria ini adalah penilaian ilmiah tentang pengaruh kekeruhan, yang digunakan oleh negara untuk mengembangkan standar-standar kualitas air untuk badan air. (States may also publish their own criteria.) Some states have promulgated water quality standards for turbidity, including: (Serikat mungkin juga mempublikasikan kriteria mereka sendiri.) Beberapa negara telah mengeluarkan standar kualitas air untuk kekeruhan, termasuk:

* Louisiana . Louisiana. 25, 50 or 150 NTU, or background plus 10 percent, depending on the water body. [ 8 ] 25, 50 atau 150 NTU, atau latar belakang ditambah 10 persen, tergantung pada badan air. [8]
* Vermont . Vermont. 10 NTU or 25 NTU, depending on water body classification. [ 9 ] 10 NTU atau 25 NTU, tergantung pada badan air klasifikasi. [9]
* Washington . Washington. 5 NTU over background (when background is 50 NTU or less), or 10 percent increase when background is over 50 NTU. [ 10 ] 5 NTU di atas latar belakang (ketika latar belakang adalah 50 NTU atau kurang), atau 10 persen meningkat ketika latar belakang lebih dari 50 NTU. [10]

metode Analytical

Published analytical test methods for turbidity include: Diterbitkan analitis untuk kekeruhan cara uji meliputi:

* ISO 7027 "Water Quality: Determination of Turbidity" [ 11 ] ISO 7.027 "Air Kualitas: Penentuan Kekeruhan" [11]
* US EPA Method No. 180.1, "Turbidity" [ 12 ] US EPA Metode No 180,1, "Kekeruhan" 12
"Standard Methods," No. 2130B. [ 13 ] "Standard Methods," Tidak 2130B.

Kromatografi Kertas (Paper Chromatography)

Pelaksanaan kromatografi kertas
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Kita akan melihat alasannya pada halaman selanjutnya.Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut; beberapa laiinya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Misalnya, jika salah satu komponen dari campuran bergerak 9.6 cm dari garis dasar, sedangkan pelarut bergerak sejauh 12.0 cm, jadi Rf untuk komponen itu:Dalam contoh kita melihat ada beberapa pena, tidak perlu menghitung nilai Rf karena anda akan membuat perbandingan langsung dengan hanya melihat kromatogram.Anda membuat asumsi bahwa jika anda memiliki dua bercak pada kromatogram akhir dengan warna yang sama dan telah bergerak pada jarak yang sama pada kertas, dua bercak tersebut merupakan senyawa yang hampir sama. Hal ini tidak selalu benar. Anda dapat saja mempunyai senyawa-senyawa berwarna yang sangat mirip dengan nilai Rf yang juga sangat mirip. Kita akan melihat bagaimana anda menemukan masalah itu pada penjelasan selanjutnya.Dalam beberapa kasus, dimungkinkan membuat bercak menjadi tampak dengan mereaksikannya dengan beberapa pereaksi yang menghasilkan produk yang berwarna. Contoh yang baik yaitu kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin memisahkan asam amino tertentu yang terdapat dalam campuran. Untuk menyederhanakan, mari berasumsi bahwa anda telah mengetahui kemungkinan campuran hanya mengandung lima asam amino yang umum.Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui diteteskan disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M, dan asam amino yang telah diketahu ditandai 1 sampai 5.
Posisi pelarut depan ditandai dengan pinsil dan kromatogram lalu dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa.Saya akan kembali membicarakan tentang senyawa-senyawa berwarna karena lebih mudah melihat apa yang terjadi. Ada dapat mengerjakannya secara sempurna hal ini dengan senyawa-senyawa yang tidak berwarna – tetapi anda harus menggunakan banyak imajinasi dalam menjelaskan apa yang terjadi !Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.
Sumber:Chem-is-try.org

ALKALOID (KIMIA BAHAN ALAM)

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
C. KLASIFIKASI
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
(a) Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
(b) Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
(c) Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax
4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.
b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping.
1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
2. Alkaloid Capsaicin

KARBOHIDRAT

Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
Klasifikasi karbohidrat
Monosakarida

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
Disakarida dan oligosakarida

Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan amilum.

Selasa, 23 Maret 2010

Penetapan kadar Ca dan Mg (metode Kompleksometri)

Ca dan Mg dapat di tetapkan dengan metode titrasi menggunakan cara Calver dan manver. Untuk penitaran menggunakan indikator Manver maka Ca dan Mg akan dihitung semuanya, sedangkan indikatorn Calver hanya Ca yang dihitung maka Mg dapat dilakukan dengan mengurangi volume penitar Manver dengan volume penitaran Calver.

Reaksi :

Reaksi Calver

Ca2+ + Hln2- (biru) ↔ Caln- (merah) + H+


Caln- (merah) + CaY2- → CaY2- + Hln2- (biru) + H+

Reaksi manver

Ca2+ + Hln2- (biru) ↔ Caln- (merah) + H+ 


Caln- (merah) + CaY2- → CaY2- + Hln2- (biru) + H+

Mg2+ + Hln2- (biru) ↔ Mgln- (merah) + H+


Mgln- (merah) + MgY2- → MgY2- + Hln2- (biru) + H+

Alat :

Pipet 10 mL
pH meter
Pipet Tetes
Pemanas Listrik
Gelas Ukur
Sudip
Neraca Analitik
Buret 50 mL

Bahan :

Larutan Induk
Larutan KOH 8 N
Padatan KCN
Hidroksil Amin HCl (NH2OH HCl)
Indikator Calver
Indikator Manver
Larutan EDTA
Larutan NaOH 0,1 N
Larutan HCl 0,1 N

10. Buffer pH 10




Cara Kerja :

Penetapan Kadar Ca
Dipipet 10 mL larutan induk
Diatur pH sekitar 7-8
Dipanaskan dalam pemanasan listrik kurang lebih 1 jam
Dutambahkan 1,5-2 mL KOH 8 N
Ditambahkan 0,1 g KCN
Ditambahkan 0,1 g NH2OH HCl
Ditambahkan indicator Calver
Dititar dengan EDTA 0,005 N sampai titik akhir biru (A mL)
Penetapan Ca dan Mg total
Dipipet 10 mL larutan induk dan dipanaskan selama satu menit
diatur pH sekitar 7-8
Ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10
Ditambahkan 0,1 g KCN
Ditambahkan 0,1 g NH2OH HCl
Ditambahkan indicator Manver
Dititar menggunakan EDTA 0,005 N sampai titik akhir biru (B mL)

Perhitungan : 


Kadar Ca : A x Fp x M EDTA x 40 x 100%

mg contoh

Kadar Mg : (B-A) x Fp x M EDTA x 24 x 100%

mg contoh

Keterangan :

A = Volume EDTA pada penitaran indicator Calver

B = Volume EDTA pada penitaran indicator Manver

Fp = Volume Pengenceran

24 = Bobot setara Mg

40 = Bobot setara Ca

M = Kemolaran larutan EDTA

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost