This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 10 Oktober 2013
Metode Penyulingan Minyak Atsiri
19.44
Dalam perkembangan pengolahan minyak
atsiri, dikenal tiga macam metode penyulingan.
a. Penyulingan dengan air (Water distillation)
Metode
penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika dibandingkan dua
metode penyulingan lain. Pada metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan
dalam ketel suling yang telah diisi air, dengan begitu bahan bercampur langsung
dengan air. Selain metodenya sangat sederhana, bahan ketel pun relatif mudah
didapatkan. Pada metode ini, perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku
dibuat seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami
proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan.
Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan
uap keluar. Metode
penyulingan ini baik digunakan untuk penyulingan bahan berbentuk tepung dan
bunga – bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas tinggi. Namun,
karena dicampur menjadi satu, waktu penyulingan yang dibutuhkan menjadi lama.
Selain jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan rendah, metode penyulingan ini
juga tidak baik digunakan untuk bahan – bahan dari fraksi sabun dan bahan yang
larut dalam air.
b. Penyulingan dengan air dan uap (Water and steam distillation)
Metode
ini disebut juga dengan sistem
kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan di atas piringan atau plat
besi berlubang seperti ayakan
(saringan) yang terletak
beberapa sentimeter di atas permukaan air. Pada prinsipnya, metode penyulingan
ini menggunakan uap bertekanan rendah. Dibandingkan dengan cara pertama (water distillation), perbedaannya hanya terletak pada pemisahan
bahan dan air. Namun, penempatan keduanya masih dalam satu ketel suling. Keuntungan dari metode
ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu
dapat dipertahankan sampai 100oC. Lama penyulingan relatif lebih singkat,
randemen minyak lebih besar, dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan
minyak hasil dari sistem
penyulingan dengan air.
c. Penyulingan dengan uap (Steam distillation)
Pada
sistem ini, air sebagai sumber
uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan.
Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar.
Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk menyuling bahan
baku minyak astiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji – bijian yang relatif keras. Penyulingan dengan uap
sebaiknya dimulai dengan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1 atm),
kemudian secara berangsur – angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang lebih 3
atm. Jika permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi, maka komponen
kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan dianggap
sudah tersuling, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi yang bertujuan untuk
menyuling komponen kimia yang bertitik didih tinggi (Armando, 2009).
Follow me on twiter : @wtoscha_90
Kromatografi Gas
19.41
Kromatografi
berasal dari kata Chroma (warna) dan graphein (penulisan), merupakan suatu
teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang kecil sifat – sifat
fisik dari komponen – komponen yang akan dipisahkan. Dari segi istilah, kromatografi
sudah sejak lama berkembang sesudah konsep istilah kromatografi (“penulisan
warna”) mula – mula diajukan oleh seorang ahli botani Rusia, Mikhail Semenovic Tswett pada tahun
1908 (Mulja, H. M,
1994).
Dalam kromatografi gas, fase geraknya adalah gas dan zat terlarut
terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas
bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnnya (Khopkar, 2003). Pada sistem GCMS yang
berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa. Yang terdiri dari sistem
analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron
Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta, 2000).
Sekarang sistem GCMS sebagian digunakan
sebagai peran utama untuk analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia, dan
zat – zat kimia di laboratorium. Kromatograsi gas merupakan kunci dari teknik
analitik dalam pemisahan komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan
secara cepat analisa sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian.
Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan
harganya lebih murah. Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan identitas
atau struktur untuk setiap puncak yang dihasilkan dan pada saat proses
karakteristik yang didefenisikan sistem
tidak bagus (Mcnair, 2009).
1. Gas Pembawa
Gas
pembawa yang paling sering dipakai adalah Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2),
Hidrogen (H2). Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak reaktif
dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas dalam tangki
tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Gas
pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain harus inert (tidak
bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan mudah
diperoleh (Agusta, 2000).
2.
Sistem
Injeksi
Lubang
injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efesien. Pada
dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :
a . Injeksi
langsung (Direct injection), yang
mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100%
masuk menuju kolom.
b . Injeksi
terpecah (Split injection), yang mana
sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan
pemecahan.
c . Injeksi
tanpa pemecahan (Splitness injection),
yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke
dalam kolom karena katub pemecah ditutup, dan
d . Injeksi langsung ke kolom (On column injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik
injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa – senyawa yang mudah
menguap, karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik, dikhawatirkan akan
terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi (Rohman, 2009).
3.
Kolom
Kolom
merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya terdapat fase
diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada kromatografi gas
(Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh
pemisahan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, bahan tahan karet,
aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk lurus, melengkung, atau gulungan
spiral sehingga lebih menghemat ruang (Agusta, 2000).
4.
Detektor
Detektor
merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak
(gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi
adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen – komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik
detektor akan sangat berguna untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen – komponen yang
terpisah di antara fase diam dan fase gerak (Rohman, 2009).
Follow me on twiter : @wtoscha_90
Sabtu, 05 Oktober 2013
Dasar Teori Hidrodestilasi (Destilasi oleh Air)
19.06
Peristiwa pokok yang terjadi pada
proses hidrodestilasi yaitu :
11. Difusi minyak atsiri dan air panas
melalui membran tanaman, disebut hidrodifusi.
Von
Rechenberg menggambarkan proses hidrodifusi pada penyulingan tanaman, sebagai
berikut : Pada suhu air mendidih, sebagian minyak atsiri akan larut dalam air
yang terdapat dalam kelenjar. Campuran minyak dalam air ini berdifusi ke luar
dengan peristiwa osmosis, melalui selaput membrane yang sedang mekar sampai di
permukaan bahan, dan selanjutnya menguap. Jika asumsi Von Rechenberg benar,
maka komponen yang bertitik didih lebih tinggi, tetapi lebih larut dalam air
akan tersuling terlebih dahulu daripada komponen bertitik didih rendah dan
kurang larut dalam air.
22.
Hidrolisa terhadap beberapa komponen
minyak atsiri.
Hidrolisa
didefenisikan sebagai reaksi kimia antara air dengan beberapa persenyawaan
dalam minyak atsiri. Komponen dalam minyak sebagian besar terdiri dari ester,
dan beberapa jenis minyak bahkan mengandung ester dalam jumlah besar yang merupakan
ester dari asam organik dan alkohol. Dua hal penting yang memerlukan perhatian
dalam mempelajari akibat reaksi hidrolisa selama penyulingan yaitu: 1) reaksi
berlangsung tidak sempurna. Bila pada permulaan reaksi terdapat ester dan air
panas, maka hanya sebagian besar yang akan terurai sampai keseimbangan
tercapai. Sebagai hasilnya di dalam campuran tersebut terdapat ester, air,
alkohol dan asam. 2) jika hanya ada alkohol dan asam pada permulaan maka
keempat persenyawaan tersebut, juga terdapat pada saat keseimbangan tercapai.
33.
Dekomposisi yang biasanya disebabkan
oleh panas.
Pada awal
pemanasan (suhu rendah), persenyawaan dalam minyak yang bertitik didih lebih
rendah akan dibebaskan akibat perajangan dan akan menguap terlebih dahulu. Jika
persenyawaan minyak atsiri bertitik didih lebih tinggi jumlahnya dominan dalam
uap dan jumlah uap minyak atsiri dalam fase uap mulai berkurang, maka suhu akan
naik secara bertahap sampai mencapai suhu uap jenuh pada tekanan operasional.
Pada umumnya persenyawaan minyak atsiri bersifat tidak stabil pada suhu tinggi.
Agar diperoleh minyak yang bermutu tinggi, maka perlu diusahakan agar supaya
penyulingan minyak atsiri (bahan tanaman) berlangsung pada suhu rendah, atau
dapat juga pada suhu tinggi, tapi dalam waktu sesingkat mungkin (Guenther,
2006).
Pengenalan Puncak Dalam Spektrometri Massa
19.04
Kaidah umum mengenali puncak-puncak dalam spektrometri massa
EI (Electron Impact) dapat ditulis dengan
memakai konsep-konsep baku kimia organik fisik :
1. Tinggi nisbi puncak
ion molekulterbesar bagi senyawa rantai lurus dan akan menurun jika derajat
percabangannya bertambah.
2. Tinggi nisbi puncak
ion molekul biasanya makin kecil dengan bertambahnya bobot molekul deret
homolog; kecuali untuk ester lemak.
3. Pemecahan/pemutusan
cenderung terjadi pada karbon tergantung gugus alkil : makin terganti gugus,
makin mudah terputus. Hal ini merupakan akibat lebih mantapnya
karboksasi tersier daripada sekunder yang lebih mantap daripada yang primer.
4. Adanya ikatan rangkap,
struktur lingkar dan khususnya cincin aromatik (atau heteroatom) memantapkan
ion molekul hingga meningkatkan pembentukannya.
5. Ikatan rangkap
mendukung pemecahan adil dan menghasilkan ion karbonium alil.
6. Cincin jenuh cendrung
melepas rantai, samping pada ikatan-α. Hal ini tidak lain daripada kejadian
khusus percabangan. Muatan positif cendrung menyertai sibir cincin. Cincin tak
jenuh dapat mengalami reaksi retro Diels-Alder.
7.
Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin terjadi
pada ikatan berloka beta terhadap cincin menghasilkan ion benzil talunan
termantapkan atau ion tropilium.
8. Ikatan C – C yang bersebelahan dengan heteroatom cenderung
terpecah, meninggalkan muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang
elektron non ikatannya menciptakan kemantapan talunan.
9.
Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral yang kecil,
misalnya karbon monoksida, olefin, air, amonia, hidrogen sulfida, hidrogen
sianida, merkaptan, ketena atau alkohol (Siverstein, dkk, 1986).