This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Sabtu, 29 Januari 2011
Kamis, 27 Januari 2011
METODOLOGI KAPPA NUMBER
04.33
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Penentuan Konsistensi
Konsistensi merupakan berat kering serat dalam 100 gram campuran pulp/air. Ini adalah subuah ukuran terhadap konsentrasi bubur pulp.
Konsistensi 5 % artinya bahwa 5 bagian dari pulp kering bergabung dengan 95 bagian air.
Konsistensi = x 100%
(Sirait, 2003)
Pengaruh konsistensi terhadap efisiensi pemutihan dengan klorin dioksida adalah kecil, akan tetapi biaya pemanasan air daripada pulp menjadi 70oC membuatnya setinggi mungkin. Konsistensi yang optimum proses pemutihan unuk pencampuran klorin dioksida adalah 11-12%. Konsistensi stock pulp yang masuk ke tahap Klorinasi dan stock yang meninggalkan menara pemutihan menuju Pulp machine diukur dan dicatat oleh instrumen – instrumen yang terpasang dijalur tersebut. Pengukuran ini adalah untuk dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan di laboratorium. Sebagai tambahan, contoh yang dikumpulkan dari tahap yang berbeda-beda didalam proses akan diperiksa konsistensinya di laboratorium. Data pengukuran konsistensi pulp diperlukan untuk melakukan proses bleaching.
3.1.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Cawan Platina
Oven
Neraca Analitis
Desikator
Bahan-bahan yang digunakan :
Sampel Pulp unbleach blending
Prosedur :
Diambil cawan platina lalu ditimbang dengan neraca analitis
Dimasukkan sampel pulp kedalam cawan platina
Ditimbang dengan neraca analitis dan dicatat berat basahnya
Dimasukkan kedalam oven selama ± 1 jam pada suhu 105oC±1oC
Diangkat dan didinginkan didalam desikator selama ± 10 menit
Ditimbang dengan neraca analitik sampai didapat berat konstan
Dicatat berat keringnya
Dicari konsistensinya
3.2. Proses Bleaching Tahap I (DO)
Bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan/zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki brightness yang lebih tinggi.
Fungsi utama Bleaching :
1. Memutihkan bubur pulp
2. Menghilangkan sisa lignin yang masih terkandung didalam pulp
3. Menjaga kotoran pada pulp
4. Menjaga kualitas dan kuantitas limbah air
5. Menjaga kualitas dan kuantitas limbah udara (Sirait, 2003)
Proses bleaching tahap DO berlangsung selama ± 1 jam pada suhu 65oC. Pada saat proses bleaching selesai, akan memperlihatkan perubahan warna pulp secara signifikan. Untuk mencapai pemutihan penuh dengan derajat putih (brightness) 89-90% ISO, mula-mula pemutihan dilakukan dengan 4 tahap, yaitu DO-EO-D1-D2.Namun, pada Praktek Kerja Lapangan ini proses bleaching dibatasi hanya pada tahap DO. Pada bleaching tahap DO, bahan kimia yang ditambahkan adalah ClO2 7.7 g/l yang berfungsi sebagai bahan pemutih dan air demineralisasi yang berfungsi sebagai pelarut pulp. Volume ClO2 7.7 g/l dan air demineralisasi yang ditambahkan ditentukan dengan rumus :
OD = Massa x Konsistensi
Volume ClO¬2 =
Volume Air = - Volume ClO2
Dimana :
OD : Berat pulp kering (0 % kandungan air)
% Charch : % Penambahan
3.2.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Plastik dan Karet
Waterbath
Neraca Analitis
Gelas Ukur 1000mL
Beakerglass 5000mL
Pipet Skala 50mL
Propipet
Ember
Bahan-bahan yang digunakan :
ClO2 7.7 g/l
Air Demineralisasi
Prosedur :
Diambil sampel pulp unbleach blending dari unbleach tower
Dicuci dengan air demineralisasi
Diperas dan dihaluskan
Ditimbang sampel pulp halus dengan neraca analitis
Dibagi sampel pulp kedalam 5 plastik dengan berat yang sama :
• Plastik I : - Ditambahkan 1285mL air
- Ditambahkan 5mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik II : - Ditambahkan 1282mL air
- Ditambahkan 7.5mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik III : - Ditambahkan 1280mL air
- Ditambahkan 10mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik IV : - Ditambahkan 1277mL air
- Ditambahkan 12.6mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik V : - Ditambahkan 1274mL air
- Ditambahkan 15.1mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
Dimasukkan Plastik I,II,III,IV dan V kedalam waterbath selama
± 1 jam pada suhu 65oC ± 1oC
Diamati perubahan warna yang terjadi
3.3. Penentuan Bilangan Kappa
Bilangan kappa merupakan pengujian kimia diperlakukan terhadap pulp untuk menentukan tingkat delignifikasi, kekuatan relatif dari pulp dan kesanggupannnya untuk diputihkan. Bilangan kappa dari pulp didefenisikan sebagai volume (mL) dari 0,1N larutan kalium permanganat yang digunakan oleh satu (1) gram moisture free pulp yang berada dalam persyaratan spesifik pada prosedur ini, hasil yang dibenarkan sampai 50% pemakaian permanganat yang ditambahkan.
Bahan kimia yang digunakan dalam penentuan bilangan kappa adalah kalium permanganat 0.1 N (KMnO4), yang berfungsi untuk mengoksidasi lignin dalam pulp. Kalium Iodida 0.1 N (KI) berfungsi sebagai reduktor. Asam sulfat 4 N (H2SO4) berfungsi untuk membuat suasana asam, karena proses oksidasi-reduksi berjalan optimal pada suasana asam sulfat 4 N (H2SO4).Natrium tio sulfat 0.1 N (Na2S2O3) berfungsi sebagai larutan pentiter (larutan standar). Kemudian indikator starch 1%, yang berfungsi sebagai indikasi berakhirnya proses titrasi. Pada percobaan yang dilakukan temperatur selama titrasi dijaga konstan pada suhu 25oC. Sehingga, bilangan kappa ditentukan dengan rumus :
K =
Jika suhu tidak konstan, maka digunakan rumus :
K = [1+ 0,013(25-T)]
P =
Tabel 3.3. Faktor koreksi [P = x 2]
F+ 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
30 0,958 0,960 0,962 0,964 0.966 0.968 0,970 0,973 0,975 0,977
40 0,979 0,981 0,983 0,985 0,987 0,989 0,991 0,994 0,996 0,998
50 1,000 1,002 1,004 1,006 1,009 1,011 1,013 1,015 1,017 1,019
60 1,022 1,024 1,026 1,028 1,030 1,033 1,035 1,037 1,039 1,042
70 1,044 *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Dimana :
K : Bilangan Kappa
f : Faktor koreksi untuk 50% larutan KMnO4 0.1 N
yang terpakai
a : Volume Na2S2O3 0.1 N yang digunakan untuk
mentitrasi sampel
b : Volume Na2S2O3 0.1 N yang digunakan untuk blanko
N : Normalitas Na2S2O3
T : Temperatur larutan = 25oC
W : Berat pulp
3.3.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Beakerglass 1000mL
Buret Digital 50mL
Desikator
Gelas Ukur 1000ml
Gelas Ukur 50mL
Gelas Ukur 10mL
Handsheet Former
Oven
Hotplate Stirrer
Kertas saring
Magnetic stirrer
Neraca analitis
Stopwatch
Termometer 100oC
Bahan-bahan yang digunakan :
Air demineralisasi
Pulp bleaching tahap I (DO)
Larutan H2SO4 4 N
Larutan KMnO4 0.1 N
Larutan KI 0.1 N
Larutan standar Na2S2O3 0.1 N
Indicator Starch
Prosedur :
Diambil sampel pulp dari proses bleaching tahap I (DO),lalu dicuci
Dibuat menjadi lembaran tipis dengan menggunakan hand sheet former.
Dikeringkan dalam oven pada suhu 150oC±1oC selama ± 10 menit
Didinginkan dalam desikator selama ± 10 menit
Ditimbang sampel sebanyak 3.5 gram dengan neraca analitis
Di masukkan sampel kedalam 400mL air demineralisasi dan dimasukkan magnetic stirrer
Dijalankan hotplate stirrer
Ditambahkan KMnO4 0,1 N sebanyak 50mL dan H2SO4 4 N sebanyak 50mL secara bersamaan
Dilakukan pengadukan selama ± 10 menit
Ditambahkan KI 1 N sebanyak 10mL
Dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0.1 N sampai larutan berwarna kuning
Ditambahkan indicator starch
Dititrasi kembali dengan larutan standart Na2S2O3 0.1 N sampai larutan berwarna bening
Dicatat volume larutan standar Na2S2O3 0.1 N yang terpakai
Dilakukan percobaan yang sama sebanyak 3 kali
Dilakukan perlakuan yang sama terhadap larutan blanko
3.4.Penentuan Tingkat Kecerahan (Brightness)
Brightness adalah sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur pada suatu kondisi yang baku, digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya monokromatik dan diperbandingkan dengan standar yang telah diketahui. (Sirait, 2003)
Tingkat kecerahan (brightness) pulp tergantung pada jenis dan jumlah bahan kimia pemutih yang digunakan pada tahap bleaching. Bilangan kappa yang kecil akan diikuti dengan tingkat kecerahan yang meningkat.
3.4.1. Metodologi Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Alat vakum
Buchner Funnel
Electro Refracto Photometer (ELREPHO)
Kertas Saring
Oven
Bahan-bahan yang digunakan :
Sampel pulp bleaching tahap I (DO)
Air demineralisasi
Prosedur :
Diambil sampel pulp dari proses bleaching tahap I (DO),lalu dicuci dengan air demineralisasi
Dibentuk menjadi sheet dengan Buchner funnel dan alat vakum
Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC±1oC selama ± 5 menit
Diperiksa Kecerahannya dengan alat Electro Refracto Photometer
Dicatat hasil yang ditunjukkan alat
PEMBAHASAN
3.1.Penentuan Konsistensi
Konsistensi merupakan berat kering serat dalam 100 gram campuran pulp/air. Ini adalah subuah ukuran terhadap konsentrasi bubur pulp.
Konsistensi 5 % artinya bahwa 5 bagian dari pulp kering bergabung dengan 95 bagian air.
Konsistensi = x 100%
(Sirait, 2003)
Pengaruh konsistensi terhadap efisiensi pemutihan dengan klorin dioksida adalah kecil, akan tetapi biaya pemanasan air daripada pulp menjadi 70oC membuatnya setinggi mungkin. Konsistensi yang optimum proses pemutihan unuk pencampuran klorin dioksida adalah 11-12%. Konsistensi stock pulp yang masuk ke tahap Klorinasi dan stock yang meninggalkan menara pemutihan menuju Pulp machine diukur dan dicatat oleh instrumen – instrumen yang terpasang dijalur tersebut. Pengukuran ini adalah untuk dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan di laboratorium. Sebagai tambahan, contoh yang dikumpulkan dari tahap yang berbeda-beda didalam proses akan diperiksa konsistensinya di laboratorium. Data pengukuran konsistensi pulp diperlukan untuk melakukan proses bleaching.
3.1.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Cawan Platina
Oven
Neraca Analitis
Desikator
Bahan-bahan yang digunakan :
Sampel Pulp unbleach blending
Prosedur :
Diambil cawan platina lalu ditimbang dengan neraca analitis
Dimasukkan sampel pulp kedalam cawan platina
Ditimbang dengan neraca analitis dan dicatat berat basahnya
Dimasukkan kedalam oven selama ± 1 jam pada suhu 105oC±1oC
Diangkat dan didinginkan didalam desikator selama ± 10 menit
Ditimbang dengan neraca analitik sampai didapat berat konstan
Dicatat berat keringnya
Dicari konsistensinya
3.2. Proses Bleaching Tahap I (DO)
Bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan/zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki brightness yang lebih tinggi.
Fungsi utama Bleaching :
1. Memutihkan bubur pulp
2. Menghilangkan sisa lignin yang masih terkandung didalam pulp
3. Menjaga kotoran pada pulp
4. Menjaga kualitas dan kuantitas limbah air
5. Menjaga kualitas dan kuantitas limbah udara (Sirait, 2003)
Proses bleaching tahap DO berlangsung selama ± 1 jam pada suhu 65oC. Pada saat proses bleaching selesai, akan memperlihatkan perubahan warna pulp secara signifikan. Untuk mencapai pemutihan penuh dengan derajat putih (brightness) 89-90% ISO, mula-mula pemutihan dilakukan dengan 4 tahap, yaitu DO-EO-D1-D2.Namun, pada Praktek Kerja Lapangan ini proses bleaching dibatasi hanya pada tahap DO. Pada bleaching tahap DO, bahan kimia yang ditambahkan adalah ClO2 7.7 g/l yang berfungsi sebagai bahan pemutih dan air demineralisasi yang berfungsi sebagai pelarut pulp. Volume ClO2 7.7 g/l dan air demineralisasi yang ditambahkan ditentukan dengan rumus :
OD = Massa x Konsistensi
Volume ClO¬2 =
Volume Air = - Volume ClO2
Dimana :
OD : Berat pulp kering (0 % kandungan air)
% Charch : % Penambahan
3.2.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Plastik dan Karet
Waterbath
Neraca Analitis
Gelas Ukur 1000mL
Beakerglass 5000mL
Pipet Skala 50mL
Propipet
Ember
Bahan-bahan yang digunakan :
ClO2 7.7 g/l
Air Demineralisasi
Prosedur :
Diambil sampel pulp unbleach blending dari unbleach tower
Dicuci dengan air demineralisasi
Diperas dan dihaluskan
Ditimbang sampel pulp halus dengan neraca analitis
Dibagi sampel pulp kedalam 5 plastik dengan berat yang sama :
• Plastik I : - Ditambahkan 1285mL air
- Ditambahkan 5mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik II : - Ditambahkan 1282mL air
- Ditambahkan 7.5mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik III : - Ditambahkan 1280mL air
- Ditambahkan 10mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik IV : - Ditambahkan 1277mL air
- Ditambahkan 12.6mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
• Plastik V : - Ditambahkan 1274mL air
- Ditambahkan 15.1mL ClO2 7.7 g/l
- Diikat dengan karet
- Diaduk
Dimasukkan Plastik I,II,III,IV dan V kedalam waterbath selama
± 1 jam pada suhu 65oC ± 1oC
Diamati perubahan warna yang terjadi
3.3. Penentuan Bilangan Kappa
Bilangan kappa merupakan pengujian kimia diperlakukan terhadap pulp untuk menentukan tingkat delignifikasi, kekuatan relatif dari pulp dan kesanggupannnya untuk diputihkan. Bilangan kappa dari pulp didefenisikan sebagai volume (mL) dari 0,1N larutan kalium permanganat yang digunakan oleh satu (1) gram moisture free pulp yang berada dalam persyaratan spesifik pada prosedur ini, hasil yang dibenarkan sampai 50% pemakaian permanganat yang ditambahkan.
Bahan kimia yang digunakan dalam penentuan bilangan kappa adalah kalium permanganat 0.1 N (KMnO4), yang berfungsi untuk mengoksidasi lignin dalam pulp. Kalium Iodida 0.1 N (KI) berfungsi sebagai reduktor. Asam sulfat 4 N (H2SO4) berfungsi untuk membuat suasana asam, karena proses oksidasi-reduksi berjalan optimal pada suasana asam sulfat 4 N (H2SO4).Natrium tio sulfat 0.1 N (Na2S2O3) berfungsi sebagai larutan pentiter (larutan standar). Kemudian indikator starch 1%, yang berfungsi sebagai indikasi berakhirnya proses titrasi. Pada percobaan yang dilakukan temperatur selama titrasi dijaga konstan pada suhu 25oC. Sehingga, bilangan kappa ditentukan dengan rumus :
K =
Jika suhu tidak konstan, maka digunakan rumus :
K = [1+ 0,013(25-T)]
P =
Tabel 3.3. Faktor koreksi [P = x 2]
F+ 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
30 0,958 0,960 0,962 0,964 0.966 0.968 0,970 0,973 0,975 0,977
40 0,979 0,981 0,983 0,985 0,987 0,989 0,991 0,994 0,996 0,998
50 1,000 1,002 1,004 1,006 1,009 1,011 1,013 1,015 1,017 1,019
60 1,022 1,024 1,026 1,028 1,030 1,033 1,035 1,037 1,039 1,042
70 1,044 *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Dimana :
K : Bilangan Kappa
f : Faktor koreksi untuk 50% larutan KMnO4 0.1 N
yang terpakai
a : Volume Na2S2O3 0.1 N yang digunakan untuk
mentitrasi sampel
b : Volume Na2S2O3 0.1 N yang digunakan untuk blanko
N : Normalitas Na2S2O3
T : Temperatur larutan = 25oC
W : Berat pulp
3.3.1. Metodologi Kerja Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Beakerglass 1000mL
Buret Digital 50mL
Desikator
Gelas Ukur 1000ml
Gelas Ukur 50mL
Gelas Ukur 10mL
Handsheet Former
Oven
Hotplate Stirrer
Kertas saring
Magnetic stirrer
Neraca analitis
Stopwatch
Termometer 100oC
Bahan-bahan yang digunakan :
Air demineralisasi
Pulp bleaching tahap I (DO)
Larutan H2SO4 4 N
Larutan KMnO4 0.1 N
Larutan KI 0.1 N
Larutan standar Na2S2O3 0.1 N
Indicator Starch
Prosedur :
Diambil sampel pulp dari proses bleaching tahap I (DO),lalu dicuci
Dibuat menjadi lembaran tipis dengan menggunakan hand sheet former.
Dikeringkan dalam oven pada suhu 150oC±1oC selama ± 10 menit
Didinginkan dalam desikator selama ± 10 menit
Ditimbang sampel sebanyak 3.5 gram dengan neraca analitis
Di masukkan sampel kedalam 400mL air demineralisasi dan dimasukkan magnetic stirrer
Dijalankan hotplate stirrer
Ditambahkan KMnO4 0,1 N sebanyak 50mL dan H2SO4 4 N sebanyak 50mL secara bersamaan
Dilakukan pengadukan selama ± 10 menit
Ditambahkan KI 1 N sebanyak 10mL
Dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0.1 N sampai larutan berwarna kuning
Ditambahkan indicator starch
Dititrasi kembali dengan larutan standart Na2S2O3 0.1 N sampai larutan berwarna bening
Dicatat volume larutan standar Na2S2O3 0.1 N yang terpakai
Dilakukan percobaan yang sama sebanyak 3 kali
Dilakukan perlakuan yang sama terhadap larutan blanko
3.4.Penentuan Tingkat Kecerahan (Brightness)
Brightness adalah sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur pada suatu kondisi yang baku, digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya monokromatik dan diperbandingkan dengan standar yang telah diketahui. (Sirait, 2003)
Tingkat kecerahan (brightness) pulp tergantung pada jenis dan jumlah bahan kimia pemutih yang digunakan pada tahap bleaching. Bilangan kappa yang kecil akan diikuti dengan tingkat kecerahan yang meningkat.
3.4.1. Metodologi Praktek
Alat-alat yang digunakan :
Alat vakum
Buchner Funnel
Electro Refracto Photometer (ELREPHO)
Kertas Saring
Oven
Bahan-bahan yang digunakan :
Sampel pulp bleaching tahap I (DO)
Air demineralisasi
Prosedur :
Diambil sampel pulp dari proses bleaching tahap I (DO),lalu dicuci dengan air demineralisasi
Dibentuk menjadi sheet dengan Buchner funnel dan alat vakum
Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC±1oC selama ± 5 menit
Diperiksa Kecerahannya dengan alat Electro Refracto Photometer
Dicatat hasil yang ditunjukkan alat
Minggu, 23 Januari 2011
KLOR
04.27
Sejarah
Ditemukan pada tahun 1774 oleh Scheele, yang awalnya disangka oksigen. Diberi nama klor pada tahun 1810 oleh Davy, yang tetap bersikukuh bahwa zat ini adalah sebuah unsur.
Sumber
Di alam, klor ditemukan hanya dalam keadaan bersenyawa, terutam,a dengan natrium sebagai garam (NaCl), karnalit dan silfit.
Sifat-sifat
Klor tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam)dan diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses elektrolisis. Merupakan gas berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Pada suhu 10oC, satu volume air dapat melarutkan 3.10 volume klor, sedangkan pada suhu 30oC hanya 1.77 volume.
Kegunaan
Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi.
Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.
Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom.
Kimia organik sangat membutuhkan klor, baik sebagai zat oksidator maupun sebagai subtitusi, karena banyak sifat yang sesuai dengan yang diharapkan dalam senyawa organik ketika klor mensubtitusi hidrogen, seperti dalam salah satu bentuk karet sintetis.
Penanganan
Klor mengiritasi sistem pernafasan. Bentuk gasnya mengiritasi lapisan lendir dan bentuk cairnya bbisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi sekecil 3.5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm berakibat fatal setelah terhisap dalam-dalam. Kenyataannya, klor digunakan sebagai senjata kimia pada perang gas di tahun 1915.
Ditemukan pada tahun 1774 oleh Scheele, yang awalnya disangka oksigen. Diberi nama klor pada tahun 1810 oleh Davy, yang tetap bersikukuh bahwa zat ini adalah sebuah unsur.
Sumber
Di alam, klor ditemukan hanya dalam keadaan bersenyawa, terutam,a dengan natrium sebagai garam (NaCl), karnalit dan silfit.
Sifat-sifat
Klor tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam)dan diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses elektrolisis. Merupakan gas berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Pada suhu 10oC, satu volume air dapat melarutkan 3.10 volume klor, sedangkan pada suhu 30oC hanya 1.77 volume.
Kegunaan
Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi.
Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.
Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom.
Kimia organik sangat membutuhkan klor, baik sebagai zat oksidator maupun sebagai subtitusi, karena banyak sifat yang sesuai dengan yang diharapkan dalam senyawa organik ketika klor mensubtitusi hidrogen, seperti dalam salah satu bentuk karet sintetis.
Penanganan
Klor mengiritasi sistem pernafasan. Bentuk gasnya mengiritasi lapisan lendir dan bentuk cairnya bbisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi sekecil 3.5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm berakibat fatal setelah terhisap dalam-dalam. Kenyataannya, klor digunakan sebagai senjata kimia pada perang gas di tahun 1915.
Selasa, 11 Januari 2011
"Pria Lebih Suka Wanita yang Diputus Cinta"
15.26
MASIH sedih dengan cinta yang baru saja kandas? Tak perlu! Sebuah penelitian baru mengungkap, pria menemukan bahwa wanita yang baru diputus cinta terlihat lebih menarik.
Ladies, jika Anda baru saja putus cinta, selamat! Anda menjadi lebih menarik di mata pria. Temuan baru dari Universitas Michigan mengatakan bahwa pria lebih memilih wanita yang diputus cinta kekasih terakhirnya, sementara wanita lebih suka pria yang memutus cinta kekasih terakhirnya. Mengapa demikian?
Untuk memelajari bagaimana hubungan masa lalu mempengaruhi usaha masa depan, peneliti mengukur respons dari 198 peserta wanita dan pria dari sebuah situs kencan. Para peneliti meminta peserta untuk mencatat, apakah mereka menginginkan hubungan jangka panjang atau apakah mereka hanya ingin seks.
Untuk pria, sejarah hubungan wanita itu penting hanya ketika ia ingin hubungan serius dengannya. Tapi ketika ingin kencan biasa, pria tidak peduli dengan kisah masa lalu wanita, termasuk bila telah diputus cinta.
Sayang, penelitian tidak mendalami alasan mengapa pria lebih tertarik pada wanita yang telah diputus cinta. Namun Christine Stanik, pemimpin penelitian dari Departemen Psikologi Universitas Michigan menawarkan teori tersendiri.
Dia menduga, ketika seorang pria memutus cinta, tindakannya memperkuat dominasi pria yang melekat pada peran gender. Oleh karena itu, mengetahui kekasih barunya adalah wanita yang baru putus cinta akan meyakinkan bahwa dia akan menjadi orang yang memegang kendali.
Di sisi lain, ketika wanita meninggalkan kekasihnya, pria akan mengambil peran sebagai orang yang bisa diandalkan. Meski ada juga ketakutan kalau kejadian yang sama akan menimpanya.
Sementara, wanita lebih suka pria yang memulai perpisahan terakhir mereka alias memutus cinta karena menunjukkan bahwa ia tidak terpaku pada mantan pacarnya. Demikian seperti dilansir dari Yourtango. Bagaimana menurut Anda?
Ladies, jika Anda baru saja putus cinta, selamat! Anda menjadi lebih menarik di mata pria. Temuan baru dari Universitas Michigan mengatakan bahwa pria lebih memilih wanita yang diputus cinta kekasih terakhirnya, sementara wanita lebih suka pria yang memutus cinta kekasih terakhirnya. Mengapa demikian?
Untuk memelajari bagaimana hubungan masa lalu mempengaruhi usaha masa depan, peneliti mengukur respons dari 198 peserta wanita dan pria dari sebuah situs kencan. Para peneliti meminta peserta untuk mencatat, apakah mereka menginginkan hubungan jangka panjang atau apakah mereka hanya ingin seks.
Untuk pria, sejarah hubungan wanita itu penting hanya ketika ia ingin hubungan serius dengannya. Tapi ketika ingin kencan biasa, pria tidak peduli dengan kisah masa lalu wanita, termasuk bila telah diputus cinta.
Sayang, penelitian tidak mendalami alasan mengapa pria lebih tertarik pada wanita yang telah diputus cinta. Namun Christine Stanik, pemimpin penelitian dari Departemen Psikologi Universitas Michigan menawarkan teori tersendiri.
Dia menduga, ketika seorang pria memutus cinta, tindakannya memperkuat dominasi pria yang melekat pada peran gender. Oleh karena itu, mengetahui kekasih barunya adalah wanita yang baru putus cinta akan meyakinkan bahwa dia akan menjadi orang yang memegang kendali.
Di sisi lain, ketika wanita meninggalkan kekasihnya, pria akan mengambil peran sebagai orang yang bisa diandalkan. Meski ada juga ketakutan kalau kejadian yang sama akan menimpanya.
Sementara, wanita lebih suka pria yang memulai perpisahan terakhir mereka alias memutus cinta karena menunjukkan bahwa ia tidak terpaku pada mantan pacarnya. Demikian seperti dilansir dari Yourtango. Bagaimana menurut Anda?
Younghusband Bersaudara Tertarik Bermain di LPI
06.11
- Masih ingat dengan Younghusband bersaudara, Philip dan James Younghusband, yang tampil impresif saat membela timnas Filipina di Piala AFF 2010. Pemain kelahiran Inggris yang pernah tercatat sebagai pemain Chelsea itu tertarik untuk membela Jakarta 1928 di pentas Liga Primer Indonesia (LPI).
"Saya sempat mendengar bahwa Younghusband bersaudara berniat berlaga di LPI. Kita tentu menyambut baik karena kehadiran mereka akan membuat persaingan semakin ketat," kata Humas PSM Makassar, Suparno, di Makassar, Selasa (11/1).
Hal senada diungkapkan Manajer Direktur PSM, Husain Abdullah, yang mengaku tetap optimistis bahwa Juku Eja --julukan PSM Makassar-- berpeluang menjadi yang terbaik. Maklum, kualitas PSM sudah sangat teruji pada kompetisi Liga Super Indonesia (LSI).
Kenyakinan itu bisa dilihat dari posisi PSM yang mampu menembus urutan kedua klasemen sementara. Bahkan, posisi PSM sebelum mundur dari LSI itu hanya kalah dari tim Mutiara Hitam, Persipura Jayapura, yang masih memimpin klasemen dengan 19 poin.
"Kita juga tetap mempertahankan sebagian besar pemain yang sebelumnya berlaga di kompetisi lalu (LSI). Artinya, target kita bisa dikatakan cukup realistis untuk diwujudkan," kata Husain.
Rabu, 05 Januari 2011
Kappa Number Analysis
03.45
CATATAN SINGKAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
ANALISA BILANGAN KAPPA
Konsistensi = (Berat Kering)/(Berat Basah) x 100%
OD(Berat Kering) = (OD x %Charch ClO2 x 10)/(ClO2 (g/l))
Volume Air = OD/(0.1) - Volume ClO2
Fungsi Reagent :
KMnO4 : sebagai oksidator / mengikat lignin
H2SO4 : sebagai pembuat suasana asam
KI : sebagai reduktor
Na2S2O3 : sebagai zat pentiter/lar.standart
Starch : sebagai indicator (Indikator Amilum)
Aquadest : sebagai pelarut pulp
Peralatan :
Digital Burette 50mL
Oven
Magnetic stirrer
Hotplate stirrer
Beakerglass
Gelas ukur
Neraca analitik
Spectrofotometer
Thermometer
Hand sheet former
Water bath
Stopwatch
Bucher funnel
Kenapa digunakan asam H2SO4,bukan asam lain (ex:HCl).Karena unsure S berada dalam keadaan oksidasi tertinggi dalam senyawa asam sulfat,yakni +6.Sedangkan jika HCl digunakan,kemungkinan besar akan teroksidasi,dan akan mempengaruhi titik akhir titrasi.
Banyak lignin = Banyak KMnO4 = Banyak Na2S2O3
Faktor Korelasi
K = (b-a)/w
Note : Jika suhu dijaga tetap 25oC
Jika suhunya berubah-ubah,maka dipakai rumus:
K = (P x f)/W [1+ 0,013(25-T)]
P = (b-a)N/0,1
Kenapa sampelnya tidak pada Washer IV aja????
Karena pada washer IV masih ada tahap penyimpanan,dan masih ada sisa caustic yang dapat mempengaruhi nilai Kappa.
Selasa, 04 Januari 2011
Analisa Bilangan Kappa Pada PULP.PT TPL Tbk
01.48
BILANGAN KAPPA PULP
TUJUAN
Bilangan kappa dari pulp didefenisikan sebagai volume (mL) dari 0,1N larutan kalium permanganat yang digunakan oleh satu (1) gram moisture free pulp yang berada dalam persyaratan spesifik pada prosedur ini,hasil yang dibenarkan sampai 50% pemakaian permanganate yang ditambahkan.
PENYEDIAAN SAMPEL
1.Air Dried Pulp sheets
Robek/koyak lembar sampel pulp menjadi beberapa potongan kecil sampai berat totalnya
3-4gram
2.Screened slush sheets
Campur dan buat 3-4gr (berat kering) kedalam pad dengan meyaring melaluiBuchner funnel
3.Unscreened pulps
Jika sampel pulp diambil dari unscreened pulp yang biasanya diperiksa sebelum bleaching dan proses yang lainnya kemudian keluarkan shieves dan mata kayu dari sampel dengan screening.
PROSEDUR
a) ambil sampel yang telah dipersiapkan dalam bucher funnel dan buat menjadi lembaran tipis dengan menggunakan hand sheet former.
b) keringkan lembaran tersebut sampai kering dan timbang sampai mendekati 0,01g jumlah dari sampel seharusnya sekitar minimum 3,5g (jumlah ini harus memadai/cukup untuk menkonsumsi sekitar 50% dari larutan kalium permanganate).
c) isi tabung ukur dengan air yang dimurnikan sampai tanda 400mL
d) masukkan sampel kedalam 1000mL beaker dan tambahkan sekitar 350mL dari air yang destilat kedalam beaker kemudian tempatkan beaker pada stirrer magnet
e) jalankan stirrer magnet dan sesuaikan kecepatan stirrer agar benar memisahkan serat pulp tetapi pastikan bahwa kecepatan stirrer tidak terlalu cepat begitu udara masuk kedalam campuran
f) pipet 50mL dari 0,1N Kalium permanganate masukkan kedalam 100mL gelas beaker
g) pipet 50mL dari 4N asam sulfat masukkan kedalam gelas beaker dan biarkan dicampur secara bersamaan
h) bawa campuran dengan cepat dan tambahkan kedalam beaker dengan segera dan jalankan stopwatch
i) dengan segera bersihkan gelas beaker dengan sisa air yang destilat dalam gelas ukur dan tuangkan kedalam beaker
j) tepatnya 10 menit terakhir hentikan reasksi dengan menambahkan 10mL dari 1N larutan Potassium Iodide [kl] dari tabung /silinder ukur
k) segera titrasi iodium bebas dengan 0,1N larutan sodium tiosulfat tambahkan sedikit starch indicator pada akhir reaksi catat volume (mL) dari 0,1 sodium tiosulfat digunakan sebagai “a”
l) ukur temperature dari campuran dalam beaker
m) lakukan penentuan blank dengan menggunakan metode diatas yang sama tetapi dengan menghilangkan pulp,catat volume (mL) dari 0,1N sodium tiosulfat [Na2S2O3] digunakan sebagai “b”
PERHITUNGAN
Dimana
K=bilangan kappa
F=factor koreksi terhadap pemakai permanganate tergantung kepada nilai P
T=temperature larutan oC
N=normalitas tiosulfat
a=volume (mL) of 0,1N sodium tiosulfat digunakan untuk sampel
b=volume (mL) of 0,1N sodium tiosulfat digunakan untuk blank
K = (P x f)/W [1+ 0,013(25-T)]
P = (b-a)N/0,1
Tabel 1.[Untuk melihat factor koreksi dari table,P = x 2]
F+ 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
30 0,958 0,960 0,962 0,964 0.966 0.968 0,970 0,973 0,975 0,977
40 0,979 0,981 0,983 0,985 0,987 0,989 0,991 0,994 0,996 0,998
50 1,000 1,002 1,004 1,006 1,009 1,011 1,013 1,015 1,017 1,019
60 1,022 1,024 1,026 1,028 1,030 1,033 1,035 1,037 1,039 1,042
70 1,044 *** *** *** *** *** *** *** *** ***