Banyak pihak beranggapan bahwa salah satu pertandingan yang paling menarik yang tercipta di putaran final Euro 2012 ini adalah partai pembuka Grup C antara Spanyol melawan Italia. Baik dari segi permainan maupun taktik, kedua tim sangat luar biasa saat itu, dan keduanya pun menghadirkan sebuah permainan yang berkelas, meski hanya diwarnai dua gol saja. Dan uniknya, pertemuan dua tim yang menghadirkan pertandingan terseru di Euro 2012 ini akan kembali tercipta di partai final.
Jelang partai final ini, tentu ada banyak praduga dan perkiraan soal bagaimana kedua tim akan bermain. Salah satu hal yang mungkin akan sangat banyak dibicarakan adalah dugaan mengenai siapa yang akan dimainkan oleh pelatih Vicente Del Bosque di lini depan Spanyol. Ini adalah isu yang cukup menarik mengingat eks pelatih Real Madrid tersebut sering membongkar pasang pemain di posisi tersebut demi mencari komposisi yang paling pas.
Del Bosque sendiri memberikan kejutan yang cukup besar ketika tidak memainkan seorang striker murni sama sekali di pertandingan pertama melawan Italia. Saat itu, Cesc Fabregas dan David Silva bergantian berperan sebagai striker palsu atau yang kini lebih dikenal dengan istilah false nine, alih-alih memainkan seorang Fernando Torres atau Alvaro Negredo yang seorang striker ortodoks. Ini tentu sebuah formasi yang cukup mengagetkan mengingat Spanyol belum pernah memainkan permainan seperti ini sebelumnya.
Terlepas dari keberhasilan Fabregas mencetak gol, sebenarnya strategi false nine Spanyol tidak berjalan dengan cukup baik. Fabregas, yang sering mundur untuk menerima bola atau membantu lini tengah, sering terlihat kesulitan untuk menembus barikade pertahanan yang rapi ala Italia. Begitu pula dengan David Silva. Meski memiliki skill dribel yang di atas rata-rata, Silva tetap kesulitan untuk membawa bola masuk ke dalam kotak penalti.
Akibatnya, ketika menguasai bola, Spanyol akan lebih banyak memutar bola di depan pertahanan Italia dan sesekali mencoba mengetes dengan melakukan dribel naik ke dalam kotak penalti. Itupun kerap gagal. Ini mengindikasikan bahwa ternyata false nine tidak terlalu efektif digunakan saat menghadapi Italia di pertandingan tersebut.
Permainan Spanyol baru akhirnya berubah ketika Fernando Torres masuk. Oke, Torres memang membuang dua-tiga peluang emas yang harusnya mampu ia selesaikan dengan baik. Tapi kehadiran Torres di lini depan Spanyol sebenarnya memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh Fabregas, yaitu kecepatan dan penempatan diri yang baik di kotak penalti. Hal ini memberikan sebuah variasi serangan baik Spanyol.
Jika sebelumnya Spanyol lebih banyak memainkan bola di depan pertahanan Italia, maka masuknya Torres memberikan peluang bagi Spanyol untuk bisa menempatkan bola di belakang barisan pertahanan Italia lewat umpan-umpan terobosan atau umpan silang dari sisi lapangan. Ini memang kelebihan yang bisa dimiliki oleh Spanyol jika mereka memainkan seorang striker murni. Dan Torres pun memiliki kecepatan yang cukup mumpuni untuk melakukan serangan semacam itu.
Anda tentu masih ingat bagaimana Torres tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Gianluigi Buffon di depan gawang Azzurri setelah mendapatkan umpan terobosan yang sangat cantik dari tengah. Meski akhirnya tipuan Torres digagalkan oleh Buffon (dan itu pasti menimbulkan tawa dari seluruh dunia), namun pergerakan semacam itulah yang bisa dimiliki oleh Spanyol bila mereka memainkan seorang striker murni seperti Torres. Hal ini berbeda jika mereka bermain dengan Fabregas, yang lebih suka membawa bola dari depan pertahanan Italia dan berusaha menembus pertahanan tersebut dengan kerja sama satu dua atau dribel sendirian.
Selain itu, Spanyol juga memainkan variasi serangan yang lain, misalnya umpan silang alias crossing dari sisi lapangan ke dalam kotak penalti. Fabregas bukanlah tipe pemain yang kerap menunggu bola di dalam kotak penalti bila ia bermain sebagai striker palsu. Ia cenderung bergerak ke sana kemari, layaknya seorang gelandang biasa. Akibatnya, bila rekan-rekan setimnya mengirimkan umpan silang ke ke dalam kotak penalti, tidak ada yang menyambut bola di sana dan akhirnya peluang mereka pun sia-sia. Cerita tentu akan berbeda jika Spanyol memainkan Torres. Layaknya striker ortodoks lainnya, Torres akan lebih sering menunggu bola di dalam kotak penalti sehingga Spanyol pun bisa memainkan variasi serangan lewat crossing sayap-sayap mereka.
Variasi serangan ini padahal sangat penting bagi Spanyol. Di sepanjang Euro 2012 ini, permainan mereka cukup monoton dan jarang menghasilkan serangan-serangan yang berbeda dan lebih berwarna. Padahal, belajar dari pengalaman pertemuan pertama lalu, tanpa variasi serangan, Spanyol akan benar-benar kesulitan karena permainan mereka sebenarnya sudah sangat terbaca oleh tim-tim lawan. Apalagi, Italia memiliki pertahanan yang sangat rapat dan biasanya dikonsentrasikan di tenah, sekitar kotak penalti.
So, terlepas dari seringnya ia membuang-buang peluang emas di depan gawang lawan, Torres sebenarnya pilihan yang cukup baik di lini depan Spanyol, karena ia memiliki kualitas dan tipe permainan yang berbeda dibandingkan Fabregas. Ada kelebihan-kelebihan Torres yang bisa dimaksimalkan oleh Spanyol untuk meraih hasil yang positif di partai final nanti.
Lagipula, memainkan Torres akan memberikan kebahagiaan bagi jutaan orang yang menantikan aksinya di atas lapangan.