SAGALA FAMILY

Selasa, 14 Desember 2010

Vuvuzela Versi Indonesia


Vuvuzela menjadi primadona pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010 lalu. Di Indonesia, terompet dengan bunyi yang tak kalah memekakkan telinga juga banyak dijual jelang semifinal Piala AFF 2010.

Meski sempat menuai kontroversi, kehadiran Vuvuzela telah ikut menambah kesemarakan Piala Dunia 2010. Kebisingan yang ditimbulkan tak membuat penonton enggan membeli terompet khas Afsel tersebut.

Di Indonesia, terompet yang mirip Vuvuzela juga ada. Namun, ukurannya tak sebesar Vuvuzela asli. Bentuknya dan cara penggunaannya juga berbeda. Bila yang asli ditiup, vuvuzela Indonesia cukup ditekan saja.

"Kalau di sini namanya terompet suporter," kata Eben Simajuntak, salah seorang penjual 'Vuvuzela' di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan Jakarta, Selasa 14 Desember 2010.

Menurut Eben, ada dua jenis terompet superter yang biasa dijualnya. Jenis pertama adalah terompet yang menggunakan gas. Terompet produksi lokal ini berwarna merah dengan tabung gas berwarna putih.

Penggunaannya juga simpel, yakni dengan menekan tombol yang berada di tutup tabung. Terompet jenis ini dijual dengan harga Rp50 ribu.

Jenis lainnya dijual lebih murah, yakni Rp35 ribu. Terompet ini tidak menggunakan gas melainkan hanya mengandalkan dorongan menggunakan tangan. Pengoperasiannya mirip dengan alat semprot nyamuk.

"Sampai hari ini sudah lumayan banyak yang terjual. Yang paling diburu terompet yang menggunakan gas. Kalau gasnya habis, bisa diisi ulang," kata Eben yang kerap berjualan setiap ada laga di SUGBK.